Sejarah berdirinya Daulah Bani Umayyah

Labels:
Sebelum membicarakan lebih lanjut mengenai sejarah Bani Umayyah, terlebih dahulu kita akan uraikan pengertian bani, dinasti, dan daulah. Ketiga kata tersebut memiliki arti yang berbeda, tetapi sangat berkaitan erat. Kata bani berarti anak, anak cucu, atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayyah adalah anak, anak cucu dan keturunan Umayyah bin Abdu Syams. Kata dinasti berarti keturunan Raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keluarga. Dengan demikian Dinasti Umayyahvadalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Vani Umayyah. Adapun kata daulah berarti kekuasaan, pemerintahan, atau Negara. Dengan kata lain, Daulah Umawiyah adalah Negara yang diperintah oelh Dinasti Umayyah yang Raja-rajanya berasal dari Bani Umayyah.
Nama daulah Umayyah berasal dari mama "Umayyah bin Abdi Syam bin Abdi Manaf", yaitu salah seorang pemimpin kabilah Quraisy di zaman jahiliah. Umayyah senantiasa bersaing dengan pamannya, Hasyim bin Abd Manaf untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat. Ia memang memiliki cukup unsur-unsur yang diperlukan untuk berkuasa pada zaman itu, antara lain berasal dari keluarga bangsawan, mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh orang Putra yang terhormat dalam masyarakat. Pada zaman jahiliah, orang yang memiliki ketiga macam unsur itu, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Sesudah datang agama islam, berubahlah hubungan Bani Umayyah dengan saudara-saudara sepupu mereka, yaitu Bani Hasyim. Persaingan yang semula untuk merebut kehormatan dan kekuasaan sifatnya berubah menjadi permusuhan lebih nyata. Bani Umayyah dengan tegas menentang Rasulullah saw dan usaha-usaha beliau untuk mengembangkan agama islam. Sebaliknya, Bani Hasyim, baik yang telah masuk islam maupun yang belum menjadi penyokong dan pelindung Rasulullah saw.
Dalam perang Badar, kekuatan Quraisy hampir semua berpusat pada Bani Abdi Syams, yaitu satu cabang dari cabang-cabang suku Quraisy. Abu Sufyan pemilik iring-iringan untuk membawa barang dagangannya dari Negara Syam ke Mekah. Stelah ia mengetahui kaum muslimin di Madinah akan mencegat iring-iringan untuknya, Abu Sufyan meminta orang-orang Quraisy untuk menolongnya sehingga bergeraklah pendudukKota Mekah di bawah pimpinan Abu Jahal dan Utbah bi Rabi'ah bin Abdi Syams yaitu kakek Muawiyah dari pihak ibunya. Dengan demikian baik kafilah yang datang dari negeri Syam maupun pasukan penolong yang datang dari Mekah, semuanya berada di bawah pimpinan Bani Abdi Syams. Katika itu jelaslah kekuasaan dan keangkuhan berada dalam tangan keluarga Bani Abdi Syams. Inilah sebabnya timbul peribahasa yang diucapkan terhadap orang yang tiada memegang peranan dalam suatu peristiwa.
"Engkau tidak ikut dalam kafilah dan tidak pula dalam pasukan"
Adapun silsilah Bani Umayyah adalah sebagai berikut :

Bani Umayyah baru masuk agama islam setelah Fathu Makkah. Hal itu dilakukan setelah mereka tidak menemukan jalan lain, selain masuk islam. Ketika itu Nabi Muhammad saw bersama beribu-ribu sahabatnya menyerbu kota Mekah.
Mu'awiyah bin Abu Sufyan adalah Putra dari Abu Sufyan bin Harb, seorang tokoh berpengaruh dari Bani Umayyah. Ia masuk islam bersama ayahnya pada saat terjadi Fathu Makkah. Pada masa Nabi Muhammad saw ia menjadi salah satu periwayat hadist yang baik. Pada masa khalifah Abu bakar as-Sidiq, Mu'awiyah bin Abu Sufyan memimpin tentara islam dalam perang Riddah untuk menumpas kaum murtad.
Peranan Mu'awiyah bin Abu Sufyan bertambah besar pada masa khalifah Usman bin Affan. Salah satu sebabnya adalah Usman bin Affan juga anggota Bani Umayyah. Pada waktu itu, Mu'awiyah bin Abu Sufyan menjabat gubernur di Damaskus (Suriah).
Peristiwa terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan menyebabkan perpecahan antara Mu'awiyah bin Abu Sufyan dan Ali bin Abi Talib yang menggantikan Usman bin Affan sebagai Khalifah. Kelompok Bani Umayyah merasa tidak puas terhadap kebijakan khalifah Ali bin Abi Talib dalam menangani kasus terbunuhnya Usman bin Affan.
Perselisihan antara Ali bin Abin Talib dan Mu'awiyah bin Abu Sufyan akhirnya pecah menjadi perang Siffin. Perang tersebut diakhiri dengan peristiwa tahkim yang menyebabkan munculnya kelompok khawarij di pihak Ali bin Abi Talib yang tidak mau menerima hasil tahkim. Perselisihan tersebut berakhir dengan terbunuhnya Khalifah Ali bin Abi Talib oleh Ibnu Muljam dari kelompok Khawarij.
Sepeninggal Ali bin Abi Talib, pemerintahan dilanjutkan oleh putranya, Hasan bin Ali. Akan tetapi, pemerintahan Hasan bin Ali ini hanya bertahan beberapa Bulan. Posisinya yang makin lemah dan keinginannya untul mempersatukan umat islam membuat Hasan bin Ali menyerahkan pemerintahan kepada Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Hasan bin Ali tidak menginginkan peperangan berkepanjangan yang menyebabkan banyak korban jiwa dikalangan umat islam.
Peristiwa penyerahan kekuasaan dari Hasan bin Ali kepada Mu'awiyah bin Abu Sufyan itu terkenal dengan sebutan "amul-jama'ah"atau tahun penyatuan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 661 M. Sejak saat itu, secara resmi pemerintahan islam dipegang oleh Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Ia kemudian memindahkan pusat kekuasaan dari Madinah ke Damaskus (Suriah).
Keturunan Umayyah memegang kekuasaan islam selama 90 tahun, kemudian dikenal dengan Dinasti Umayyah. Selama kurun waktu tersebut pemerintahan dipegang oleh 14 orang Khalifah. Khalifah-Khalifah itu adalah sebagai berikut :

1. Mu'awiyah bin Abu Sufyan (Mu'awiyah I)  661-680 M
2. Yazid bin Mu'awiyah (Yazid I)  680-683 M
3. Mu'awiyah bin Yazid (Mu'awiyah II)  683-684 M
4. Marwan bin Hakam (Marwan I)  684-685 M
5. Abdul Malik bin Marwan  685-705 M
6. Al - Walid bin Abdul Malik (Al-Walid I)  705-715 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 715-717 M
8. Uman bin Abdul Aziz (Umar II)  717-720 M
9. Yazid bin Abdul Malik (Yazid II)  720-724 M
10. Hisyam bin Abdul Malik  724-743 M
11. Al-Walid bin Yazid (A-Walid II)  743-744 M
12. Yazid bin Al-Walid (Yazid III)  744 M
13. Ibrahim bin Al-Walid  744 M

14. Marwan bin Muhammad (Marwan II)  744-750 M

Artikel Terkait

Previous
Next Post »