Penaklukkan Kota Mekah (Fathu Mekah)
Waktu berlalunya genjatan senjata, kaum muslimin menggunakan kesempatan menghadapi sekutu Quraisy yang paling kuat dan setia yaitu orang – orang Yahudi. Kekuasaan dan pengaruh kaum muslimin telah meluas. Kota Mekah seakan – akan telah terkepung dari segenap penjuru oleh pengaruh kaum muslimin. Bagian selatan Jazirah Arab telah menggabungkan diri kepad kaum muslimin. Sikap mereka diikuti pula oleh kabilah – kabilah yang mendiami bagian utara. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Kota Mekah yang terletak di tengah – tengah Jazirah Arab itu sajalah yang masih musyrik. Melihat kenyataan ini wajar kalau penduduk Kota Mekah mengubah sikapnya dari yang sudah – sudah. Telah dua puluh satu tahun lamanya mereka aktif menentang nabi dan kaum muslimin, sejak sebelum Nabi saw hijrah ke Madinah sekarng telah datang waktunya bagi mereka untuk menyerah.
Pahlawan – pahlawan mereka yang tadinya memegang peranan besar dalam gerakan menumpas agama islam telah banyak yang tewas di medan perang, antara lain Abu Jahal, Utbah, dan Syabiah. Ada pahlawan – pahlawan ulung tempat Quraisy menggantungkan harapannya dalam memrangi Islam, tetapi mereka sekarang telah menggabung diri kepada Nabi Muhammad saw seperti Khalid bin Wahid, Amr bis As, dan lain – lain.
Penduduk mekah yang masih musyrik sedikit demi sedikit mulai terpikat kepada kemenangan yang telah di capai kaum Muslimin. Disamping itu, banyak pula di antara kaum musyrikin Mekah yang telah insaf dan merasakan sendiri kedurhakaan yang telah mereka perbuat. Alangkah janggalnya agama yang muncul di bumi Mekah itu telah dipeluk oleh kebanyakan orang kota – kota dan negeri – negeri tanah Arabia, tetapi Kota Mekah sendiri menghindari. Muhammad yang lain dari suku Quraisy menjadi sanjungan dan kesayangan kebnayakan bangsa Arab, tetapi Quraisy sendiri membenci dan memusuhinya. Bukankah itu suatu aib yang besar ?
Mereka menyadari bahwa hamper seluruh bangsa Arab sekarang telah masuk agama Islam dan menjadi musuh mereka. Di samping itu suasana tegang itu jika diteruskan tentu perniagaan mereka ke utara dan selatan tidak akan aman lagi, karena pengaruh kaum muslimin telah meluas ke tampat – tempat ini.
Saat itulah terjadi suatu peristiwa yang memberi kesempatan kepada kaum muslimin untuk memasuki Mekah. Peristiwa itu ialah pengkhianatan Quraisy terhadap perjanjian yang telah dibuat atara Quraisy dan kaum Muslimin. Hal itu bermula ketika terjadi peprangan Bani Bakr dengan Khuza’ah. Bani Bakr ini adalah sekutu Quraisy dan Khuza’ah adalah sekutu kaum muslimin. Dalam peperangan ini, kaum Quraisy menggabungkan diri kepada Bani Bakr, maka Khuzu’ah meminta pertolongan kepada kaum muslimin.
Pada ketahun kedelapan hijrah, Rasulullah saw menyiapkan bala tentara yang besar, berjumlah sepuluh ribu orang. Belum pernah Jazirah Arab menyaksikan bala tentara sebanyak itu. Berita keberangkatan bala tentara ini sampai ke telingan orang Quraisy. Karena sudah putus asa akan mendapatkan sukses dan kemenangan, mereka lebih suka menyerah kalah dari pada menentang bla tentara kaum muslimin.
Rasulullah saw meresa bahwa untuk menaklukkan Kota Mekah dapat dijalankan taktik menakut – nakuti saja. Dengan jalan ini, dapatlah dihindarkan suatu pertempuran atau pertumpahan darah. Rasulullah saw memerintah bala tentara yang banyak itu untuk berkemah di dekat Kota Mekah. Kedatangan Rasulullah saw disambut oleh paman beliau Abbas. Ia datang dan menyatakan keislamannya. Sesudah itu, datang Abu Sufyan menyambut Nab i. sebagaimana diketahui Abu Sufyan telah gagal dalm semua cita – citanya. Tak ada yang akan diharapkan lagi, hanya keselamatan diri dan keluarganya yang perlu dipertahankan.
Ketika Nabi Muhammad saw melihat Abu Sufyan datang, beliau berseru “belum jugakah datang masanya bagimu, wahai Abu Sufyan untuk mengetahui bahwa tidak ada Tuhan selain Alla?”.
Pertanyaan Rasul ini dijawab oleh Abu Sufyan, “Alangkah penyantunnya kamu dan alangkah baikn ya hatimu, Wahai Rasulullah! Sungguh, kamu tidak hendak memutuskan silaturahmi. Kalau ada lagi Tuhan selain Allah, tentu saja aku telah mendapat pertolongan dari padanya. Inilah keyakinanku.”
Dengan demikian berimanlah Abu Sufyan, tetapi Rasulullah sa belum membiarkan Abu Sufyan ke Mekah sebelum dia menyaksikan bala tentara Islam dengan mata kepalanya sendiri. Rasulullah saw membawa Abu Sufyan memeriksa bala tentara Islam yang amat banyak itu. Setelah pemeriksaan, Abu Sufyan diperkenakan pulang ke Mekah. Lalu diceritakan kepada kaum Quraisy jumlah dan kekuatan tentara Islam, yang tak akan dapat dibendung oleh siapa pun. Mendengan cerita Abu Sufyan ini lenyaplah segala harapan kaum Quraisy untuk mendapatkan perlawanan bala tentara Islam diperintah memasuki Kota Mekah dari empat jurusan. Sementara itu dengan suara lantang, juru bicara rasulullah saw meneriakkan “Barang siapa yang masuk rumah Abu Sufyan, dia aman; barang siapa yang masuk ke rumanya sendiri ada ditutup pintunya, dia aman; barang siapa yang masuk ke Masjidil Haram, dia aman.”
Dengan demikian kaum kafir Quraisy di Kota Mekah telah menyerah. Kemudian kamu muslimin mengerjakan tawaf berkeliling Ka’bah. Patung – patung, gambar – gambar, dan berhala – berhala yang berada di Ka’bah mereka nacurkan, seraya terdengan suara gemuruh.
Artinya:
Dan katakanlah telah datang kebenaran, dan telah lenyap yang kebatilan. Sesungguhnya yang batil itu pasti akan lenyap. (Q.S. al-Isra’/17:81).
EmoticonEmoticon