ORANG-ORANG KAFIR JAMAN NABI

Labels:

1. Abu jahal bin hisyam

Abu Jahal nama lengkapnya adalah Abu Jahal bin Hisyam. Orang Quraisy biasa memanggilnya Abul Hakam. Ia termasuk orang yang terpandang di kalangan kabilah Quraisy. Dia adalah orang kafir Quraisy yang selalu menghalang-halangi dan memusuhi Nabi Muhammad SAW. Ejekan dan hinaan sering sekali dilontarkan dari mulutnya, menganggap Nabi gila “Hai Muhammad, apalagi yang hendak kau katakan hari ini?” suara Abu jahal dengan nada mengejek. “Ada berita penting yang harus kusampaikan,”Jawab Nabi, tenang.

“Apa itu?”

“Semalam aku telah isra’ ke Baitul Maqdis,”

“Haa…ha…gila. Kaumku! Kemarilah kalian semua! Ada berita penting dari Muhammad!” Abu Jahal memanggil orang-orag kafir Quraisy sambil terbahak-bahak.

Dalam waktu singkat penduduk mengelilingi Nabi.

“Ada apa lagi ini?” Tanya orang-orang Quraisy kasak kusuk.

“Muhammad selalu membuat ulah yang aneh-aneh, “kata kaum kafir Quraisy.

Tidak lama kemudian Nabi Muhammad SAW bercerita tentang pertemuannya dengan para Nabi. Mereka bahkan melakukan shalat berjamaah.

“Kalau kau memang bertemu para Nabi, bagaimana penampilan mereka itu? tanya Abu Jahal dengan berlagak menyelidik.

“Nabi Isa bertubuh sedang, tidak jangkung dan tidak pendek, warna kulitnya kemerahan. Kalau Nabi Musa bertubuh kekar dan jangkung. Kulitnya agak kehitaman. Sedangkan Nabi Ibrahim lebih mirip diriku, “kata Rasullullah SAW.

“Ah cerita seperti itu bisa dikarang! Siapa yang bisa meyakinkan kebenaran omongannya?”orang-orang Quraisy tetap tidak puas. Mereka lupa bahwa sejak kecil sampai dewasa (berusia 40 tahun) Rasulullah tidak sekalipun pernah berbohong.

“Bagaimana kami bisa percaya pada kata-katamu? Perjalanan yang begitu jauh engkau tempuh dalam waktu semalam saja?” Tanya seorang pemuka Quraisy.

Akhirnya Nabi bercerita lagi mengenai pertemuannya dengan beberapa kafilah yang sedang menuju Makah. Mereka baru akan tiba sore itu. Nabi menggambarkan ciri-ciri kafilah tadi dengan menjelaskan warna unta yang paling depan beserta bawaannya dan Nabi memberikan petunjuk arah pada kafilah yang tersesat.

Orang-orang kafir Quraisy segera pergi dan mencari kafilah yang diceritakan Nabi tadi ternyata keterangan Nabi benar. Meskipun demikian, kaum kafir yang sesat itu masih tidak mempercayai mukjizat yang diterima Rasulullah. Mereka tetap tidak mau beriman.

Abu Jahal Ingin membunuh Rasulullah SAW

Para petinggi Quraisy ingin berunding dengan Rasulullah SAW. Tatkala Rasulullah SAW berlalu, Abu Jahal dengan sombongnya berkata kepada kaum Quraisy, Wahai kaum Quraisy! Sesungguhnya Muhammad sebagaimana yang telah kalian saksikan, hanya ingin mencela agama nenek moyang kita, menuduh kita menyimpang dari kebenaran serta mencaci tuhan-tuhan kita. Sungguh aku berjanjiatas nama Allah untuk duduk di dekatnya dengan membawa batu besar yang mampu aku angkat dan aku hempaskan ke atas kepalanya saat dia sedang sujud dalam shalatnya. Maka setelah itu, kalian hanya memiliki dua pilihan; menyerahkanku atau melindungiku. Dan setelah itu, Silakan Bani ‘Abdi Manaf berbuat apa saja yang mereka mau.”

Mereka menjawab, Demi Allah, “Demi Allah! Sekali-kali Kami tidak akan menyerahkanmu. Lakukan apa yang engkau inginkan.”

Pagi harinya, Abu Jahal benar-benar mengambil batu besar sebagamana yang ia katakan, kemudian duduk sambil menunggu Rasulullah SAW, tak berapa lama, Rasulullah dating sebagaimana biasa. Lalu beliau melakukan shalat sedangkan kaum Quraisy juga sudah datang dan duduk ditempat mereka berkumpul sambil menunggu yang akan dilakukan oleh Abu Jahal. Rasul saat sujud, Abu jahal mengangkat batu besar kemudian berjalan menuju kearah nabi hingga jaraknya dekat. Akan tetapi anehnya ia berbalik mundur, wajahnya pucat pasi ketakutan. Tangannya sudah tidak bisa menahan beratnya batu hingga dia melemparkannya. Menyaksikan hal seperti itu, para pemuka Quraisy bergegas menyongsong dan bertanya”Ada apa denganmu, wahai Abu Jahal.”

“Aku telah berdiri menuju kearahnya untuk melakukan yang telah ku katakan semalam, namun ketika aku mendekatinya seakan ada onta jantan yang menghalangiku. Aku belum pernah melihat onta jantan yang lebih menakutkan darinya, baik rupanya, lehernya ataupun taringnya. Binatang itu ingin memangsaku”, Kata Abu Jahal.

Walaupun demikian Abu Jahal tidak ada sadarnya pada saat parlemen “Darun Nadwah” mengadakan sidang istimewa, Abu Jahal mewakili kabilah Bani Makhzum.

Sidang parlemen ini menyepakati terhadap keputusan keji untuk membunuh Nabi Muhammad SAW . Usulan keji itu berasal dari penjahat kelas kakap Makah yaitu bernama Abu Jahal dengan usulan bahwa setiap kabilah harus memilih seorang pemuda yang gagah dan bernasab baik sebagai perantara, kemudian masing-masing diberikannya pedang yang tajam, lalu mereka arahkan untuk menebas secara serentak seakan tebasan satu orang untuk kemudian membunuhnya. Dengan begitu akan terbebas dari ancamannya. Berarti darahnya telah ditumpahkan oleh semua kabilah.

Tatkala keputusan keji itu akan dilaksanakan turunlah Malaikat Jibril untuk memberitahukan perihal persekongkolan Kaum Quraisy. Atas izin Allah SWT Nabi Muhammad SAW berhijrah meninggalkan Makah.

Abu Jahal dengan penuh keangkuhan dan kesombongan yakin betul akan berhasil membunuh Nabi seraya berkata pada rekannya Jika kalian tidak melakukannya , maka dia akan menyembelih kalian. Sekalipun persiapan yang dilakukan orang Quraisy untuk melaksanakan rencana keji sedemikian rapinya namun mereka mengalami kegagalan.

Abu Jahal gagal menangkap nabi lantas melabrak menyatroni Rumah Abu Bakar dan keluarlah Asma binti Abu Bakar. Abu Jahal yang terkenal dengan perangainya yang buruk menampar pipi Ama dengan sebuah tamparan yang menyebabkan anting-antingnya jatuh.

Singkat cerita dengan sisa-sisa kecongkakan dan keangkuhannya dia berusaha untuk tegar dan semangat. Abu Jahal yang suka mencaci maki Rasulullah SAW itu diserang oleh dua pemuda secara serentak pada saat perang Badar dengan pedangnya hingga dapat membunuhnya. Dua pemuda tersebut bernama Muadz bin Amr Al-Jamuh dan Mu’awwid bin Afra.

DIBAWAH INI ADALAH PERILAKUNYA YANG TIDAK TERPUJI

Abu jahal adalah seorang yang mempunyai perilaku buruk yaitu berupa sifat dengki. Dengki atau iri hati adalah sifat dan sikap tidak senang dengan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain yang memilikinya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka dengki adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Jahal adalah sangat terlarang dalam agama Islam, karena dengki itu akan mengakibatkan malapetaka dan kehancuran bagi yang dengki itu sendiri maupun kepada orang lain.

Orang yang dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal ini akan selalu membuat rencana yang tidak baik terhadap orang yang didengkinya, perasaannya akan selalu resah dan gelisah yang mendalam karena keberhasilan orang lain, sehingga ia berusaha sekuat tenaga, daya dan upaya untuk merebutnya.

Perilaku dengki dan Abu Jahal dalam sejarah yaitu seperti menghasud, memfitnah, menghalang-halangi perjuangan, menolak dan menyanggah kebenaran, menghina, merendahkan, membanggakan harta, pangkat dan ketenaran, menjerumuskan, memusuhi, menjebak dan bahkan ingin membunuhnya.

Sifat dengki, bukanlah sifatnya orang yang beriman, tetapi sifat ini adalah sifat Iblis. Orang yang dengki akan mendapat dosa yang besar dari Allah SWT. Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong. Kita harus menjaga persaudaraan, saling membantu dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan menetapi kesabaran.
Firman Allah SWT

Artinya:…Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S Al Maidah (5): 2)
Artinya: …Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran Q.S Al Ashr (103):3)

Oleh karena itu kita harus bisa menghindari perilaku dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Jahal karena kedua orang tersebut adalah orang yang paling jahat dan jelek sekali moralnya, seakan-akan tidak ada lagi kebaikannya, hatinya tidak terbuka sedikitpun untuk menerima kebenaran. Makanya kita sebagai muslim jangan sampai mengikuti perilakunya. Kita harus berdaya upaya untuk menghindari perilaku dengki agar dapat selamat di dunia dan di akherat kelak.

2. Abu lahab

Kisah Abu Lahab tercantum dalam Al Qur’an surat Al Lahab (surat ke 111) ayat satu sampai dengan ayat lima yang artinya :

Dengan menyebut nama Allah Yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa

Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan

Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak

Dan ( begitu pula) isterinya, pembawa kayu bakar

Yang di lehernya ada tali dari sabut
Dalam surat Al-Lahab ini menceritakan Bahwa Abu Lahab dan isterinya menentang Rasulullah SAW. Keduanya akan celaka dan masuk neraka. Harta Abu Lahab tak berguna untuk keselamatannya demikian pula segala usaha-usahanya.

Abu Lahab adalah keturunan dari suku Quraisy yang memusuhi, menentang dan menghalang-halangi perjuanagn dakwah Rasulullah SAW dalam menegakkan agama Islam di Makah. Abu Lahab selalu menghasud para pengikut Nabi Muahammad SAW.

supaya tidak mengikuti ajaran Nabi. Ia berusaha sedemikian rupa dalam menghalang-halangi dakwah nabi, ia berupaya merendahkan agama Islam.

Pada suatu ketika Rasulullah SAW naik ke Bukit Shafa sambil berseru: “Mari berkumpul pada pagi hari ini!” Maka berkumpullah kaum Quraisy. Rasulullah SAW bersabda: “Bagaimana pendapat kalian, seandainya aku beritahu bahwa musuh akan datang besuk pagi atau petang, apakah kalian percaya kepadaku?”

Kaum Quraisy menjawab: “Pasti kami percaya.” Rasulullah SAW bersabda: “Aku peringatkan kalian bahwa siksa Allah yang dahsyat akan datang.” Berkatalah Abu Lahab: Celakalah engkau! Apakah hanya untuk ini, engkau kumpulkan kami?”.

Istri Abu Lahab juga mengikuti jejak Abu Lahab yaitu menghalang-halangi Islam dengan menyebarkan duri-duri di tempat yang akan dilalui Rasulullah SAW. Abu Lahab dengan perlakuannya seperi itu amatlah rugi dan sangat celaka, amalnya sa-sia, usahanya untuk menghalang-halangi Islam percuma, harta, pangkat, kedudukan yang dibanggakan Abu Lahab tidak berarti apa-apa. Abu lahab kelak akan disiksa dengan api neraka yang sangat panas.

DIBAWAH INI ADALAH PERILAKUNYA YANG TIDAK TERPUJI

Abu Lahab adalah seorang yang mempunyai perilaku buruk yaitu berupa sifat dengki. Dengki atau iri hati adalah sifat dan sikap tidak senang dengan kenikmatan yang diperoleh orang lain dan berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain yang memilikinya.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka dengki adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena iri yang amat sangat kepada keberuntungan orang lain.

Dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Lahab dan adalah sangat terlarang dalam agama Islam, karena dengki itu akan mengakibatkan malapetaka dan kehancuran bagi yang dengki itu sendiri maupun kepada orang lain.

Orang yang dengki seperti Abu Lahab ini akan selalu membuat rencana yang tidak baik terhadap orang yang didengkinya, perasaannya akan selalu resah dan gelisah yang mendalam karena keberhasilan orang lain, sehingga ia berusaha sekuat tenaga, daya dan upaya untuk merebutnya.

Perilaku dengki Abu Lahab dalam sejarah yaitu seperti menghasud, memfitnah, menghalang-halangi perjuangan, menolak dan menyanggah kebenaran, menghina, merendahkan, membanggakan harta, pangkat dan ketenaran, menjerumuskan, memusuhi, menjebak dan bahkan ingin membunuhnya.

Sifat dengki, bukanlah sifatnya orang yang beriman, tetapi sifat ini adalah sifat Iblis. Orang yang dengki akan mendapat dosa yang besar dari Allah SWT. Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong. Kita harus menjaga persaudaraan, saling membantu dan saling nasehat-menasehati dalam kebenaran dan menetapi kesabaran.

Firman Allah SWT

Artinya:…Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. (Q.S Al Maidah (5): 2)
Artinya: …Dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran Q.S Al Ashr (103):3)

Oleh karena itu kita harus bisa menghindari perilaku dengki seperti yang telah dilakukan oleh Abu Lahab  karena kedua orang tersebut adalah orang yang paling jahat dan jelek sekali moralnya, seakan-akan tidak ada lagi kebaikannya, hatinya tidak terbuka sedikitpun untuk menerima kebenaran. Makanya kita sebagai muslim jangan sampai mengikuti perilakunya. Kita harus berdaya upaya untuk menghindari perilaku dengki agar dapat selamat di dunia dan di akherat kelak.

3. HUYAY BIN AKHTAB

Siapa yg menyebabkan kekacauan dan serangan pasukan ahzab ke madinah,dan yg menyebabkan bani quraizah berkhianat.dia adalah HUYAY BIN AKHTAB,PIMPINAN YAHUDI NADHIR.sukunya pernah menghianati perjanjian damai dgn muhammad.hendak membunuh muhammad dgn menimpakan benda berat,akhirnya penghianat2 ini diusir dari madinah.karena tetangga yg jahat dan penghianat.sukunya pula yg MEMPROVOKASI PERANG AHZAB DAN MEMPROVOKASI AGAR YAHUDI QURAIZAH BERKHIANAT WAKTU MADINAH DIKEPUNG PASUKAN AHZAB.

Konyolnya huyay bin akhtab ialah,ia telah mengakui muhammad nabi yg dijanjikan ditaurat sewaktu rasul baru tiba pasca hijrah ke madinah.tapi karena kedengkiannya ia BERJANJI MEMUSUHI MUHAMMAD SELAMA HIDUPNYA.singkat cerita,huyay bin akhtab menghasut pimpinan bani quraizah,KAAB BIN ASAD AL QURZI berkhianat,membatalkan perjanjian damai dgn muhammad.ia masuk ke benteng bani quraizah sambil berharap pasukan muslim hancur dari depan(serbuan ahzab) dan belakang (penghianatan bani quraizah).tapi niat busuknya gagal,pasukan ahzab mundur karena terjangan angin topan,tenda2,periuk2 mereka berterbangan,mereka putus asa,membatalkan pengepungan.maka muhammad pun menangkap sang penghianat ini.penjahat perang penghianat ini pun di eksekusi mati.

APA KATA2 HUYAY BIN AKHTAB SEBELUM DI EKSEKUSI?.IA BERKATA:”Demi Allah,AKU TIDAK MENYESAL atas perbuatanku memusuhimu.yg pasti ialah barang siapa yg ditakdirkan kalah oleh Allah,pasti ia kalah.”.perhatikanlah,yahudi fanatik buta itu tak merasa menyesal atas berturut turut penghianatannya.(ingin membunuh nabi,memprovokasi pasukan ahzab,menghasut bani quraizah).padahal dampak penghianatannya jika berhasil ialah:akan dibantainya muhammad dan sahabat2nya,dibantainya istri dan anak2 kaum muslimin,kekalnya jahiliah diarabia,dan dunia tak akan maju seperti sekarang.maka WAJAR,penghianat berlumur kejahatan ini yg tak menyesali perbuatannya pun di eksekusi mati.itulah hukuman Allah atas penentang rasul,seperti Allah menghukum kaum2 durhaka pada nabi2 mereka dimasa lalu.PADAHAL,JIKA MEREKA MENTAATI PERJANJIAN DAMAI DENGAN MUHAMMAD SEJAK DULU,HIDUP MEREKA AMAN TENTRAM.DAN TAK ADA KAUM MUSLIMIN MELARANG MEREKA UNTUK BERIBADAH MENURUT AGAMANYA.

4. Kisah Sajah bint Al-Harith ( Nabi Palsu )

Sajjah binti al-Harits bin Suwaid bin Aqfan at-Tamimiyah (mati tahun 55 H/675 M) satu-satunya nabi palsu yang wanita, dari Bani Tamim. Salah seorang tokoh dukun dari bani Tamim yang mengaku sebagai "Nabi" pada zaman Abu Bakr As-Shidq, tokoh lainnya yang mengikuti Sajjah adalah Malik bin Nuwairah. Bersamaan dengan munculnya nabi palsu Sajjah, muncul pula Musailamah al-Kazzab dari Yamamah. Kalau pada awalnya antara Sajjah dan Musailamah memperebutkan posisi Nabi palsu bahkan berlawanan, akhirnya mereka bekerjasama bahkan kawin. Iya, Sajjah adalah istrinya Musailamah yang juga nabi palsu di zaman itu. Malik bin Nuwairah sebagai panglima pasukan Sajjah, menghadapi Khalid bin Walid di Wadi al-Battah, ditempat mana Malik bin Nuwairah dapat ditangkap dan akhirnya terbunuh.

Sedangkan pasukan Musaimalah al-Kazzab bertambah kuat dengan bergabungnya pasukan Sajjah (kolaborasi dua nabi palsu), mencapai jumlah 40.000 pasukan. Sedangkan pasukan Islam dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal (yang masuk Islam setelah Fathu Mekah), namun sayang pasukan Islam Ikrimah dapat dikalahkan oleh Musailamah al-Kazzab, sehingga Khalifah Abu Bakar di Madinah memerintahkan Khalid bin Walid untuk melanjutkan memimpin pasukan untuk menggempur Musailamah.

Khalid bin Walid mengerakkan pasukannya menuju Wadi al-Aqraba, ditempat ini terjadilah pertempuran yang sangat dahsyat antara kedua belah pihak, begitu dahsyatnya peretempuran ini sehingga kekuatan Islam mengalami tekanan. Menghadapi keadaan tersebut Khalid bin Walid melakukan tipu muslihat, seakan-akan pasukan Islam mundur, sehingga pasukan Musailamah maju untuk mengumpulkan harta rampasan. Pada saat pasukan Musailamah sibuk mengumpulkan harta rampasan, Khalid dan pasukannya dengan gerakan kilat, kembali menyerang pasukan Musailamah, sehingga dapat menghancurkann mereka dan sisanya melarikan diri kedalam kota benteng al-Hadiqat. Benteng ini memiliki dinding-dinding yang kukuh dan sukar ditembusi. Setelah beberapa waktu dikepung, akhirnya benteng al-Hadiqat dapat ditembusi, dan terjadilah perang yang sangat mengerikan didalam benteng ini, mereka yang tidak kembali kepada Islam dibunuh, sehingga benteng ”Hadiqaturrrahman” (Taman kenikmatan) berubah menjadi ”Hadiqatul maut” (Taman kematian), termasuk Nabi palsu Musailamah al-Kazzab tersebut. Diperkirakan dalam peperangan ini terbunuh 12.000 pasukan Musailamah dan 600 pasukan Islam, sebahagian besarnya sahabat penghafal Al-Qur’an, yang menyebabkan khawatirnya Umar terhadap keberlangsungan terpeliharanya Al-Qur’an melalui hafalan dan cacatan wahyu para Sahabat.

5. Utbah Bin Rabiah

Utbah Bin Rabiah merupakan salah seorang tokoh di dalam kaum Quraisy yang menentang dakwah yang dibawa oleh Nabi s.a.w dan para pengikutnya. Beliau juga mempunyai ikatan kekeluargaan dengan Nabi s.a.w.

Sudah sekian lama Utbah bin Rabiah menyimpan niat supaya Nabi s.a.w berhenti dari berdakwah. Pada suatu hari, Nabi Muhammad s.a.w sedang bersendirian di Masjidil Haram, kesempatan ini telah digunakan oleh Utbah untuk memujuk Nabi bagi menghentikan dakwah baginda. Utbah telah pergi menemui Nabi s.a.w seraya berkata ; “Wahai saudaraku, engkau adalah orang yang terpandang dan berasal dari keluarga yang dihormati, akan tetapi engkau telah membawa masalah besar di dalam kaum mu dengan memecahbelahkan perpaduan mereka.

Dengar dengan teliti, aku mahu mengajukan usul dan tawaran kepada mu. Fikirkan dengan bersungguh-sungguh dan aku harap engkau mempersetujuinya. Sekiranya engkau tidak mempersetujui kesemuanya mungkin sebahagian daripadanya juga sudah cukup.”

Nabi pun menjawab, “Baiklah, sampaikan apakah tawaran mu itu ?”

Utbah pun menyampaikan usul dan tawarannya, “Wahai saudaraku ! sekiranya engkau melakukan dakwah mu ini kerana mahu mendapatkan harta kekayaan, kami sanggup mengumpulkan sebahagian daripada harta kekayaan kami dan akan kami serahkan kepadamu sehingga engkau menjadi antara orang yang terkaya di antara kami.

Sekiranya engkau mengidamkan kehormatan dan pangkat daripada dakwahmu ini, kami mampu menjadikan engkau sebagai pemimpin kami dan menurut segala keputusanmu. Ataupun engkau mahu menjadi raja kami? Kami juga boleh mengangkatmu menjadi raja kami?

Sekiranya apa yang membuatkan engkau melakukan dakwah ini adalah daripada penguasaan jin yang berada di dalam tubuhmu dan engkau tidak dapat melepaskan diri daripada penguasaan jin tersebut, kami sanggup mencari dukun atau tabib yang mampu menyembuhkanmu. Berapa tinggi pun biaya perubatannya kami sanggup menanggungnya.”

Nabi Muhammad s.a.w pun menjawab “Dengarkan pula kata-kataku, wahai saudaraku !”

Utbah pun berkata, “Baiklah, aku mahu mendengarkannya!”

Nabi s.a.w pun membacakan ayat Al-Quran, iaitu surah Fussilat dari awal dan apabila tiba di ayat yang ke 13 yang bermaksud, “ Sekiranya mereka berpaling katakan, ‘Aku memperingatkan kamu dengan petir seperti petir yang menimpa kaum A’ad dan kaum Tsamud.’ “ Wajah Utbah menjadi pucat kerana takut dan meminta baginda menghentikan bacaannya.

Tanpa menghiraukan ketakutan yang melanda Utbah, Nabi s.a.w terus membacakan surah Fussilat sehingga ayat 37, Utbah menjadi semakin takut dan akhirnya pergi meninggalkan Nabi s.aw dengan wajah yang pucat lesi.

Sekembalinya Utbah kepada kaumnya, para pemimpin Quraisy kehairanan dan tertanya-tanya, apakah yang terjadi kepada Utbah.

Utbah menjelaskan kepada mereka, “Aku mendengarkalimat-kalimat yang belum pernah aku dengar selama ini, bukan syair dan bukan mentera dukun. Percayalah kepadaku dan biarkanlah sahaja Muhammad itu. Lebih baik kita menghindarinya dan aku yakin kata-katanya itu kelak akan menjadi berita yang besar. Sekiranya nanti dia memperoleh kemenangan, kerajaannya itu bererti kerajaan kita semua, kerana kita adalah kaum Quraisy. Semoga kita berbahagia dibawah pimpinannya.”

Mendengar kata-kata Utbah itu, para pembesar Quraisy berteriak, “Kamu terkena sihir Muhammad, wahai Utbah!”

Utbah menjawab, “Terserah kepada apa yang kamu mahu katakan berkaitan dengan diriku.”


Ulasan;

Utbah sebenarnya sudah nampak kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad s.a.w ,di kala dia berdialog dengan Nabi s.a.w, tetapi disebabkan beliau tidak mahu menanggung malu dihadapan kaumnya maka dia memilih untuk tidak memeluk Islam dan akhirnya beliau mati di dalam Peperangan Badar.

Begitu juga dengan apa yang berlaku pada masyarakat kita sekarang ini. Seorang ahli maksiat sebagai contohnya kaki minum arak, dia bukannya tidak tahu bahawa arak itu haram dan membawa keburukan kepada jasmani dan rohaninya, tetapi disebabkan malu kepada kawan-kawannya atau memikirkan apa yang akan diperkatakan oleh kawan-kawannya yang kaki botol itu, maka ia memilih untuk terus minum arak untuk mengelakkan dari rasa malu kepada kawan-kawannya itu. Begitu juga dengan perkara-perkara maksiat yang lain seperti kaki judi, kaki perempuan dan lain-lain lagi.

Tetapi disini ingin saya bertanya, kenapa tidak mengutamakan, apa yang Allah akan kata kepadanya? Kenapa kata-kata manusia durjana pula yang perlu diutamakan ? Di mana rasa malu kepada Allah apabila melakukan dosa dan kesalahan ? Mengapa perlu rasa malu apabila meninggalkan perkara-perkara maksiat? Apakah yang akan kita jawab apabila berhadapan dengan Allah kelak ?

Semoga kisah di atas dapat kita jadikan sebagai pengajaran buat kita, dan sama-samalah kita muhasabah diri kita supaya kita tidak terjerumus ke lembah kehinaan. Kepada yang masih terlibat dengan perkara-perkara maksiat, saya menyeru dan merayu kepada anda, supaya bertaubatlah dan kembalilah ke jalan yang benar. Pintu taubat sentiasa terbuka luas, buatlah pilihan yang bijak sebelum terlambat. Nikmat tuhan manakah lagi yang engkau hendak dustakan.

6. Kisah Musailamah al kadzab ( seorang nabi palsu )

Musailamah Al Kadzb adalah seorang nabi palsu. Ia mendakwahkan dirinya jadi nabi. Ia berusaha untuk menandingi Al Qur’an, padahal mustahil bagi manusia dapat membuat susunan yang serupa dengan Al Qur’an yang dapat menandinginya. Keindahan susunan dan gaya bahasanya serta isinya tidak ada tara bandingannya. Al Qur’an adalah mukjizat yang terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW.

Di dalam Al Qur’an sendiri memang terdapat ayat-ayat yang menantang setiap orang dan mengatakan: kendatipun berkumpul jin dan manusia untuk membuat yang serupa dengan Al Qur’an, mereka tidak akan dapat membuatnya, sebagaimana Firman Allah SWT

Artinya: “Katakanlah: Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk mengatakan yang serupa Al Qur’an ini, niscaya tidak mereka akan dapat membuatnya, biarpun sebagian mereka membantu sebagian (yang lain).” (QS Al Isra’ ayat 88).

Musailamah Al Kadzab nabi palsu itu membuat gubahan untuk menandingi Al Qur’an. Kata-kata Musailamah Al Kadzab yang dianggapnya dapat menandingi sebagian ayat-ayat Al Qur’an contohnya adalah:

Artinya: Hai katak (kodok) anak dari dua katak, berkuaklah sesukamu,bahagian atas engau di air dan bahagian bawah engkau di tanah.

Seorang sasterawan Arab yang ternama yaitu Al Jahiz memberikan penilaian gubahan Musailamah Al Kadzab ini dalam bukunya yang bernama “ Al Hayawan “ sebagai berikut: Saya tidak mngerti apakah gerangan yang menggerakkan jiwa Musailamah menyebut katak (kodok) dan sebagainya itu, Alangkah kotornya gubahan yang dikatakannya sebagai ayat Al Qur’an itu kepadanya sebagai wahyu.”

Musailamah Al Kadzab menemui kegagalan dalam menandingi Al Qur’an. Ia bahkan mendapat cemoohan dan hinaan dari masyarakat.

Musailamah Al Kadzab yang mengaku sebagai nabi ini akhirnya ditumpas maka terjadilah pertempuran Yamamah pada tahun 12 Hijriyah, yaitu pertempuran antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Kalid abi Walid melawan pasukan Musailamah Al Kadzab. Dengan pertempuran ini pasukan Islam dapat menumpas pasukan Musailamah Al Kadzab. Akhirnya Musailamah Al Kadzab berhasil dibunuh oleh Wahsyi.

Musailamah Al Kadzab pembohong

Bohong adalah tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Musailamah Al Kadzab adalah seorang yang berperilaku bohong. Ia mengaku sebagai Nabi, padahal setelah Nabi Muhammad SAW tidak ada lagi nabi. Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang terakhir. Nabi Akhiruz zaman.

Musailamah Al Kadzab menunjukkan perilaku yang buruk, tidak mencerminkan perilaku yang terpuji, bahkan merupakan induk dari berbagai akhlak yang buruk. Berbuat bohong sangat merugikan diri sendiri dan orang banyak.

Perilaku bohong merupakan penyakit rokhani, ucapannya tidak akan dipercaya orang, sekalipun yang diucapkannya itu benar. Dalam hal bohong seperti yang dilakukan oleh Musailamah Al Kadzab banyak macam ragamnya diantaranya, mendustakan ayat-ayat Allah SWT dan Rasul-Nya, berbohong kepada orang lain, berbohong antara atasan dan bawahan, pemimpin dengan pemimpin, berbohong antar teman sendiri dll.
Berbohong merupakan akhlak yang tercela yang harus kita hindari sejauh mungkin, apalagi berbohong kepada Allah SWT dan Rasul-Nya akan berakibat yang fatal sebagaimana Firman Allah SWT

Artinya: “Dan pada hari Kiamat akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah SWT mukanya menjadi hitam. Bahkan dalam neraka jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri” (Q.S. Az Zumar ( 39 ): 60)

Berbohong selain termasuk sifat tercela yang pelakunya akan ditempatkan di neraka Jahannam, juga merupakan salah satu sifat dari munafik. Dalam hadits Bukhari Muslim disebutkan:

Artinya: “ Tanda-tanda orang Munafik ada tiga: apabila berbicara selalu bohong / dusta, apabila berjanji tidak ditepati/ menyelisihi, dan apabila dipercaya berhianat (H.R. Bukhari Muslim).

Perilaku seperti yang dilakukan Musailamah Al Kadzab si Nabi Palsu itu harus kita hindari. Perilaku yang harus kita pupuk adalah perilaku untuk memperbaiki iman kita, karena dengan iman yang baik akan membuahkan akhlak yang terpuji dan dari akhlak yang terpuji akan mewujudkan perbuatan yang terpuji, tegas, lugas dan tidak akan berbohong.

Orang yang selalu berkata jujur, benar, adil dan terbuka akan memperoleh kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akherat kelak. Oleh karena itu jauhilah sifat –sifat tercela seperti bohong ini dalam kehidupan sehari-hari sebagai bukti takwa kita terhadap Allah SWT.

Orang yang jujur akan dipercaya orang lain, disukai teman, dicintai Allah SWT dan Rasul-Nya dan bisa hidup dengan tenang dan nyaman. Akan tetapi sebaliknya apabila sifat bohong kita lakukan akan membuat kita sendiri rugi. Kita akan dijauhi teman, dibenci Allah SWT dan rasul-Nya dan akan selalu merasakan resah, gundah, gelisah dalam hidup dan kehidupannya.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »